“Saya Kan Kebal Peluru” (Majalah HIDUP – 26 Desember 1999)

by Nuwiya Amal

Dalam suratnya, Pastor Dewanto pernah berpesan, “Kalau ada orang tanya, teman, atau siapa saja mengenaidiriku, ya jawabsaja, saya masih hidup, he… he… he…”

PAGI itu, Kamis-(9/9) tele pon di rumah Lucia Rahayu Soeharno (65) berdering Lucia segera mengangkat-nya. Ternyata telepon itu dari Rumah Sakit Panti Rapih, yYogyakarta. “Bagaimana kabar Romo Dewanto?” tanya suara dari telepon itu. ”Masih di Suai,” jawab perempuan yang pagi itu sedang membereskan rumahnya. “Bukan, kabar

terakhirnya,” tanya orangitu lagi..Lucia ‘ terkesiap dan balik bertanya, “Lho, ada apa dengan anak saya?” Dari seberangtidak terdengarsuara dan telepon pun ditutup.

Perempuan yangkini tinggal sendirian di rumah sederhana di Jalan Manggis 28 C, Gelangan, Magelang ini bingung. Telepon yang baru diterimanya itu membuat dirinya waswas. Puteranya, Pastor Tarcisius Dewanto SJ, memangbertugas di Suai, Timor Timur. Sejak keberangkatannya ke sana (13/8), puteranya itu belum berkirim kabar. Namun, saat akan berangkat, Anto — panggilan akrab Pastor Dewanto — sempatberkata, “Ibu tidak perlu khawatir. Di Timor Timur, peluru nyasar itu biasa. Saya kan kebal peluru.”

Penasaran akan kabar puteranya, Luciasegera menelepon Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang. Bruder Y.P. Sunari SJ yang menerimaberkata, “Ibu jangan panik. Nanti Romo Provinsial yang akan memberi kabar.” Siangnya, seorang wartawan datang ke rumahnya, juga menanyakan hal yang sama. Lucia bertambahpanik. Ja semakintidak dapat menahan perasaannya. ”Saya ,menjerit-jerit. Tapi, saya tidak colaps. Bahkan waktu Bapak (suaminya) wafat, saya lebih mbengok tenanan (menjerit lebih keras),” ujar perempuan yang ditinggal wafat suaminya tahun 1992 ini.

Akhirnya, Provinsial Serikat Yesus (SJ) datang dan memberi kabar bahwa Pastor

Dewanto tewas tertembak di Suai. Lucia terdiam sejenak. Kemudian dengan suara bergetar ia berkata, “Dalem rilo yen Dewanto dipunkersakaken Gusti kados makaten. (Saya rela jika memang Dewanto dikehendaki Tuhanseperti itu). Meskipun rasanya tangan saya seperti dipothel (diputus), seperti kiamat. Soalnya, Anto itu kebanggaan kami sekeluarga”.

Kuno

Pastor Dewanto adalah bungsu dari tiga bersaudara. Ia lahir di Magelang, 18 Mei 1965..Dewanto sangat bangga dengan tanggal lahirnya itu. “Tanggal lahir saya sama lho dengan tanggal lahir Paus Yohanes Paulus II dan penyanyi dangdut Iis Dahlia,” tuturnya kepada teman-temannyra.

Ayahnya, Stefanus Soeharno (Alm.) adalah seorang jaksa, pensiun tahun 1987 dan meninggal tahun 1992. Kakaknya yang per- En Je : tama, Bernadette Mahareni Pratiwi kini tinggal di Ciledug, Tangerang beserta suami dan dua anak. Kakaknya yanglain, Blasius Ari Wasisto kini tinggal di Wonosobo beserta istri dan seorang anak.

Menurut Lucia, sebagai anak bungsu, Anto tidak manja. Ia tekun dalam mengerjakan tugas, baik tugas sekolah maupun tugas Putera Altar. Selama menjadi Putera Altar sejak kelas 2 SD, Anto selalu mau menggantikan tugas temannya yang berhalangan. Karenaketekunannya, ia sempat dipercaya “menjadi Ketua Putera Altar Paroki Santo Ignatius, Magelang selama beberapatahun. Anto bukan anak yang rewel. la juga tidak suka pilih-pilih. Menurut Lucia, Anto mau memakai pakaian lungsuran (bekas) bapaknya. Padahal baju itu modelnya kuno. Sementara teman-temannya mengenakan: jeans, Anto bertahan dengan celana kain biasa yang modelnya sudahtidak up to date lagi dan formil. Perkara makanan pun, ia suka yang tradisional. Sementara temari-temannya ribut soal Mc Donald atau Dunkin Donuts, ia malah sibuk mencari tiwul atau makanan tradisional lainnya. “Istilahnya: kalau kami radio FM swasta, Dewanto itu Bersahaja


Keluarga St. Soeharno di halaman Pastoran Mertoyudan tahun 1976, Dewanto (tengah)

You may also like

Leave a Comment