Salah seorang anggota Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM (KPP HAM) di Timor Timur, Asmara Nababan mengatakan, TNI dan Milisi terlibat dalam pembantaian massal di Suai pasca pengumuman Jajak Pendapat di Timor Timur, 4 September 1999. Berikut ini. wawancara wartawan HIDUP, F. Sihol Siagian dengan aktivis LSM dan anggota Komnas HAMini di Hotel Santika, Jakarta, Jumat, 10/12. Petikannya:
BAGAIMANA kelanjutan dari penemuan kuburan massal di Suai?
Sudah. Sudah. Kami sudah serahkan. Setelah penggalian itu, dilakukan pengidentifikasian oleh tim dokter forensik, kemudian kamiserahkan ke pihak Palang MerahInternasional ICRC) dan Gereja Katolik. Dan itu kan sudah dikuburkan kembali sesuai dengan upacara agama Katolik dengan baik di Dili.
Bagi kami, hal itu menunjukkan bagaimana sebenearnya cerita yang dikatakan bahwa terjadi bentrokan antara dua kekuatan di Suai adalah tidak benar. Penggalian kuburan itu membutikan bahwa yang terjadi adalah pembantaian. Karena dari jenazah yang kami temukan itu ada anak-anak, ada perempuan, ada pastor yang jelas bukan kompeten, bukan kelompok yang bersenjata. Tetapi mereka adalah warga sipil yang berlindung di gereja dan dibantai oleh satu kekuatan bersenjata.
Apakah dalam kekuatan bersenjata itu, KPP HAM melihat ada keterlibatan TNI?
TNI ada. Misili.
Bukti-bukti TNI terlibat darimana diperoleh?
Kesaksian-kesaksian dari mereka yang selamat dari pembantaian itu. Tetapi juga ketika mereka membawa jenazah ke wilayah Timor Barat, menguburkan itu, juga orang-orang TNI terlibat. Ada saksi mata yang melihat bagaimana mereka menguburkan jenazah tersebut
Menurut Anda, apakah pembantaian itu terencana atau…
Bahwa mereka membawa dari Suai ke lokasi, apa maksudnya. Itu kan dibawa naik truk, berapa jam dari Suai ke perbatasan, itu kan juga naik ke atas. Itu menunjukkan suatu tindakan yang setidak-tidaknya menyembunyikan barang bukti. Jadi, nggak ada keragu-raguanlah tentang kejahatan yang terjadi itu.
Bagaimana follow-up dari pemanggilan para jenderal?
Oh, tim kami sekarang sedang di Timtim sampai dengan minggu depan, ini tim kedua yang kami kirim ke Timtim. Mereka juga akan mengumpulkan berbagai testimoni, evidence lain sehingga kami siap merampungkan laporan kami nanti tentang kebenran dari pelbagai pelanggaran HAM dan kami dapat menjelaskan kepada publik tingkat keterlibatan TNI dan Polri dalam pelbagai peristiwa tersebut.
Berapa lama proses ini?
Kalau semuanya berjalan baik, ya tanggal 31 Desember 1999 INI.
Bagaimana reaksi petinggi-petinggi Gereja di Timor Timur tentang ditemukannya kuburan massal itu?
Mereka sangat menghargai. Tadinya ada keragu-raguan kami karena sentimen anti Indonesia yang tinggi di masyarakat Tim-tim. Itu memang kami ragu-ragu bahwa kami dapat dipercaya atau tidak karena ini kan KPP HAM-nya Indonesia. Tetapi dari kunjungan kami ke Timtim dan komunikasi selama ini, kami cukup puas bahwa kami mendapat dukungan baik dari Gereja di Timtim maupun LSM. Dan tokoh-tokoh CNRT juga memberikan dukungan kepada pekerjaan KPP HAM. Itu sangat menolong sekali bagi kami.