10 Tahun Mengenang Almarhum Asmara Nababan (Bag. 2)

by hambali

Sekalipun beliau sibuk rapat diluar (karena waktu itu beliau juga menjabat sbg sekjen Komnas HAM), tapi selalu menyempatkan diri untuk makan siang di kantor. Kami selalu makan siang bersama, karena itu adalah saat-saat dimana kami semua bisa saling bercerita dan mengecek pekerjaan-pekerjaan yang masih belum tertangani. Saya makan agak lambat hari itu dan teman-teman sudah selesai makan dan meninggalkan meja makan. Namun Almarhum Bang As masih tetap duduk menemani saya, ketika saya sudah hampir selesai makan, beliau hendak bangun, tapi sebelum bangun almarhum bertanya “Sudah selesai makannya De ? kalau kamu sudah selesai, abang mau pergi lagi, karena harus rapat lagi di Komnas HAM”. Saya kaget “jadi abang nungguin saya makan ?”. “Iya, saya nunggu kamu selesai makan dulu, kalau sudah selesai, saya bisa pergi”.

Ya Allah, saya nggak menyangka, ada boss yang nungguin anak buahnya selesai makan, dan ngebela-belain nungguin saya selesai makan ketimbang segera bergegas untuk rapat. Boss yang baik hati bangetttttt …. jarang ada boss yang kayak begini …

Beliau bukan hanya mempercayakan emailnya kepada saya, tetapi juga keuangan lembaga yang dipegang oleh Sekretaris kantor harus saya pegang dan kelola juga saat sekretaris kami merayakan natal di kampungnya. Saya juga harus merangkap menjadi sekretaris dan bendahara. Setiap Jum’at, Almarhum akan duduk bersama saya dan menanyakan pengeluaran kantor selama seminggu ini apa saja dan berapa uang yang tersisa. Kali ini beliau mendidik saya untuk juga mengerti keuangan dan tahu bagaimana membuat laporan keuangan. Lagi-lagi kejujuran yang hendak diajarkan, karena saya memegang uang kas yang tidak kecil jumlahnya.

Penulis: Siti Dorojatul Aliah (Dette), mantan staf INFID

You may also like