• Home
  • Tentang Asmara Nababan
    • Awal Kehidupan
    • Pendidikan
    • Riwayat Pekerjaan
    • Kegiatan Lainnya
  • Warisan Pemikiran
    • Meniti Ombak Mewujudkan Kemanusiaan
    • Oase Bagi Setiap Kegelisahan
    • HAM dan Pembangunan
    • Demokrasi dan Tata Negara
    • Pendidikan dan Seni
  • Living Legacy
    • Arsip Video
    • Arsip Foto
    • Doa untuk Bang As & Bangsa
    • Kenangan & Buah Pemikiran Tentang Bang As
    • Kirim Tulisan
  • Info Kegiatan
  • Bahasa Indonesia ID
  • English EN
Asmara Nababan
keep your memories alive
Author

hambali

hambali

Blog

ASMARA NABABAN : Konsistensi Tanpa Kompromi

by anonim 28/10/2020
written by anonim

Asmara Nababan yang akrab dipanggil bang As adalah sosok pejuang demokrasi dan hak asasi di Indonesia yang dikenal dengan keberanian, ketegasan dan konsistensinya. Namanya diabadikan sebagai nama ruang di Kantor Komnas HAM. Namanya juga melekat dalam ingatan para pekerja HAM, para korban kejahatan HAM, dan masyarakat sipil pada umumnya.  Namanya disebut dalam banyak dokumen advokasi kasus kejahatan hak asasi karena keterlibatannya dalam kerja-kerja advokasi.

Secara pribadi saya sendiri punya banyak kenangan dengan bang As karena pernah bekerja bersamanya di beberapa kegiatan. Salah satunya adalah di Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998. Ini kerja advokasi yang menguras tenaga dan mental karena di dalamnya sarat dengan pertarungan. Namun bang As tidak mengenal kata letih saat “bertarung” dengan pihak-pihak yang hendak menggunakan TGPF untuk menggelapkan fakta rusuh Mei 1998. Anggota TGPF berasal dari perwakilan Komnas HAM, perwakilan masyarakat sipil, Ormas dan perwakilan lembaga-lembaga pemerintah, termasuk POLRI dan TNI. Sangat kentara bagaimana para wakil dari lembaga pemerintah, terutama POLRI dan TNI, mengemban tugas untuk menyangkal adanya pemerkosaan dalam kerusuhan Mei 1998. Saya jadi paham mengapa pada saat itu bang As mengingatkan untuk hati-hati dalam menjaga data. “Jangan serahkan data pada orang-orang yang kita tidak yakin bisa dipercaya”, begitu pesan bang As saat melihatku keluar ruangan membawa map berisi kumpulan data rusuh Mei. Di saat yang lain bang As juga berusaha untuk membesarkan semangat dan mengingatkanku untuk menjaga stamina. Ia sempat mengatakan, “Kalau kita lelah, para penjahat HAM itu yang akan menang.” Saya memang melihat bang As tetap segar meski berhari-hari melakukan rapat panjang hingga dini hari. Ia tetap siaga dan jernih saat membahas dan menganalisis temuan-temuan TGPF.  Stamina dan Daya juangnya tidak mengenal kuota.

Bukan hanya tidak kenal kata letih. Bang As juga tidak mengenal kata kompromi dalam mempertahankan kebenaran. Baginya kebenaran tidak bisa dikompromikan demi apapun. Ketika ada perwakilan dari TNI yang berupaya untuk menyabotase pertemuan tim TGPF dengan pihak pemerintah untuk mengumumkan hasil kerja TGPF, bang As tetap bertahan dengan sikap tidak kompromi. Ia menegaskan, apapun yang terjadi hari ini laporan harus tetap diumumkan ke publik. Saat itu ia memberikan jalan keluar bagi para anggota TGPF yang tidak menyetujui temuan TGPF untuk memberikan “catatan keberatan” atau “minderheit nota”. Dari semua anggota TGPF yang merupakan perwakilan lembaga-lembaga pemerintah hanya perwakilan dari TNI dan POLRI saja yang memberikan catatan keberatan  atas temuan TGPF dan catatan keberatan itu hanyalah tentang perkosaan Mei 1998.

 Bang As adalah sosok substansial. Ia tidak menilai orang dari bungkusnya. Itu juga yang berlaku pada dirinya. Tak peduli siapa yang dihadapinya, ia menganggapnya sebagai orang penting. Sebagai sosok substansial, penampilannya bersahaja. Kemanapun ia pergi, ia dikenali dari sepatu sandalnya, hem lengan pendek dan tas gantungnya. Sepatu sandalnya pernah dipersoalkan saat ia diundang oleh pejabat tinggi untuk membicarakan perkara hak asasi. Sudah lazim kalau orang diundang pejabat menggunakan sepatu tertutup. Bang As tidak ambil pusing. Ketika sepatu sandalnya dipersoalkan ia menjawabnya dengan pertanyaan, “Yang diundang saya atau sepatu saya.” Begitulah bang As, suka kocak dalam keseriusannya.

Penulis: Sri Palupi, The Institute for Ecosoc Rights

28/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Video

Wahai Pemuda, Beranilah Jadi Pembela HAM di Lingkunganmu- Bang As & Hari Sumpah Pemuda 2020

by hambali 28/10/2020
written by hambali
28/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Video

Peringatan 10 Tahun Beperginya Asmara Nababan (28 Desember 2020)

by hambali 28/10/2020
written by hambali
28/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Blog

Nyekar – 21 November 2010

by hambali 26/10/2020
written by hambali

Hujan cukup deras ketika taksi melaju ke Ulujami. Hari ini aku janjian dengan Ibu Magda untuk mengambil beberapa foto Bang As sebagai bahan dalam penerbitan buku di rumahnya. Berharap tiba sekitar 13.30 WIB tapi setiba di Ulujami, Jalan H. Ridi belum juga ketemu. Supir taksi beberapa kali bertanya arah jalan pada orang – orang yang berada jalanan.

Nampaknya ada hajatan atau acara pernikahan di Jalan Haji Ridi. Taksi tak bisa masuk hingga depan rumah Bang As. Meskipun yakin rumah yang dituju, aku pastikan bertanya pada sekelompok anak muda yang duduk dibawah pohon mangga, tempat mangkal ojek. Rumah bernomor 90 nampak sepi. Pembantu Bang As keluar membukakan pagar rumah. Ia mempersilahkan masuk. Perempuan setengah baya yang telah mengabdi selama 20 tahun pada Bang As tersenyum ramah.

Ibu Magda lebih segar, ia terlihat sudah lebih baik. Rumah Bang As telah ditata kembali seperti biasa. Pernak pernik serta foto- foto didinding membuatku tak jauh dari Bang As. Foto kematian Bang As telah dibuatkan albumnya. Bahkan semenjak beliau dirawat di rumah sakit Gading Pluit hingga Rumah Sakit Fuda. Bang As memang kuat. Sejak tiba di Guang Zhou hingga menghembuskan nafas terakhir terlihat dari deretan foto yang dikemas Nita dan Aviva anak – anaknya.

Rumah seketika menjadi ramai. Saudara – saudara Bang As dan Ibu Magda datang untuk acara di rumah. Aku tak sempat bertanya tentang acaranya. Setelah beberapa foto aku dapat, langsung saja pamit. Aku akan ke Tanah Kusir, menjenguk Bang As.

Nyekar. Blok AAI, Petak 225 Blad 139. Alamat baru Bang As yang diberikan Ibu Magda. Turun dari Taksi, membeli mawar putih dan dua plastik kembang. Waktu hampir menunjukan pukul 16.00 WIB. Tempat peristirahatan Bang As tak sulit dicari. Nisan dan rumput sudah di tata. Bahkan disamping Bang As, ada tetangga baru.

Aku berdoa, menyanyi dan berbincang dengan Bang As. Maaf Bang As, aku masih juga menangis. Angin yang bertiup di sore yang berkabut. Harum kembang tercium. Para pembersih kuburan nampak sibuk di blok lainnya. Aku yakin Bang As berada dengan tenang di Surga. Beliau selalu dihati.

Penulis: Inggrid Silitonga (Mantan Direktur Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (Demos)), pertama dipublikasikan di blog Tunjuk Satu Bintangku

26/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Blog

10 Tahun Mengenang Almarhum Asmara Nababan (Bag. 1)

by hambali 26/10/2020
written by hambali

Tanggal 28 Oktober besok adalah genap 10 tahun meninggalnya Bang Asmara Nababan. Bu Magda, istri almarhum Bang As, meminta saya menuliskan kenangan yang pernah saya alami bersama almarhum. Ada banyak kenangan saya dengan Almarhum Bang As dan apa yang beliau lakukan sangat membekas dan menjadi teladan juga untuk ditiru.

Almarhum Bang As dikenal sangat tegas dan galak. Galak dan tegas jadi agak saru, karena beda tipis banget … Kalau marah, semua staff nggak ada yang berani bantah … dengan suara khas Bataknya yang kencang kalo teriak, pasti bikin ciut hati yang mendengarnya. Namun, dibalik kegalakan dan suaranya yang kencang itu, sebenarnya hatinya rinto … segalak-galaknya Bang As, tapi kalau lihat saya, luluh hatinya dan nggak akan bisa beliau teriak-teriak, yang ada suaranya akan melembut dan pelan bicaranya.

Pada awal saya masuk, Alm. Bang As menyerahkan password emailnya kepada saya dan meminta saya untuk mengecek emailnya setiap hari. Bukan hanya mengecek, tapi diminta membalas semua email yang masuk, baik email kerjaan maupun email pribadi. Saya bukan sekretaris tentunya (tak punya bakat juga jadi sekretaris), tapi entah kenapa, beliau mempercayakan saya untuk mengecek dan membalas email-emailnya. Emailnya sudah pasti bukan cuma dari Indonesia, tetapi juga dari teman dan jaringannya di luar negeri sana. Beliau nggak pernah ngasih tahu harus jawab seperti apa, karena soal jawab menjawab, diserahkan sepenuhnya pada saya. Kepercayaan almarhum pada saya yang membuat saya heran plus kagum. Kok bisa mempercayakan emailnya kepada anak bawang seperti saya ini. Lewat caranya yang unik, almarhum sedang mendidik saya untuk banyak hal: pertama, menguji kemampuan saya dalam berbicara dengan siapapun (baik orang Indo maupun orang asing) walau hanya lewat email; kedua, menguji kejujuran saya lewat email tersebut dan ketiga menguji keberanian saya, karena setiap hari bang As akan mengecek apakah email2nya sudah dibalas dan apa yang saya tulis di email-email tersebut. Dan kalau dia nggak yakin, dia akan tanya “apa iya seperti itu De ? coba jelaskan ke saya”. Dan saya akan menjelaskan kenapa saya jawab email seperti itu beserta argumen-argumennya. Dan beliau hanya menjawab “oh gitu, baiklah”. Dan selama saya menjawab email2 itu, tidak pernah sekalipun beliau mengatakan saya salah dengan balasan-balasan saya itu. He gave me the freedom to express and to say what I wanna say through his email. Buat saya sikap Almarhum menunjukan respect dan menghargai saya sekalipun saat itu saya masih anak bawang banget dan baru terjun dalam dunia kerja yang beneran.

Penulis: Siti Dorojatul Aliah (Dette), mantan staf INFID

26/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Blog

10 Tahun Mengenang Almarhum Asmara Nababan (Bag. 2)

by hambali 26/10/2020
written by hambali

Sekalipun beliau sibuk rapat diluar (karena waktu itu beliau juga menjabat sbg sekjen Komnas HAM), tapi selalu menyempatkan diri untuk makan siang di kantor. Kami selalu makan siang bersama, karena itu adalah saat-saat dimana kami semua bisa saling bercerita dan mengecek pekerjaan-pekerjaan yang masih belum tertangani. Saya makan agak lambat hari itu dan teman-teman sudah selesai makan dan meninggalkan meja makan. Namun Almarhum Bang As masih tetap duduk menemani saya, ketika saya sudah hampir selesai makan, beliau hendak bangun, tapi sebelum bangun almarhum bertanya “Sudah selesai makannya De ? kalau kamu sudah selesai, abang mau pergi lagi, karena harus rapat lagi di Komnas HAM”. Saya kaget “jadi abang nungguin saya makan ?”. “Iya, saya nunggu kamu selesai makan dulu, kalau sudah selesai, saya bisa pergi”.

Ya Allah, saya nggak menyangka, ada boss yang nungguin anak buahnya selesai makan, dan ngebela-belain nungguin saya selesai makan ketimbang segera bergegas untuk rapat. Boss yang baik hati bangetttttt …. jarang ada boss yang kayak begini …

Beliau bukan hanya mempercayakan emailnya kepada saya, tetapi juga keuangan lembaga yang dipegang oleh Sekretaris kantor harus saya pegang dan kelola juga saat sekretaris kami merayakan natal di kampungnya. Saya juga harus merangkap menjadi sekretaris dan bendahara. Setiap Jum’at, Almarhum akan duduk bersama saya dan menanyakan pengeluaran kantor selama seminggu ini apa saja dan berapa uang yang tersisa. Kali ini beliau mendidik saya untuk juga mengerti keuangan dan tahu bagaimana membuat laporan keuangan. Lagi-lagi kejujuran yang hendak diajarkan, karena saya memegang uang kas yang tidak kecil jumlahnya.

Penulis: Siti Dorojatul Aliah (Dette), mantan staf INFID

26/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Blog

10 Tahun Mengenang Almarhum Asmara Nababan (Bag. 3)

by hambali 26/10/2020
written by hambali

Segalak-galaknya Bang As, kalau saya cerewetin, pasti beliau nurut. Nggak ada yang berani “marahin” bang As, terutama menegur kebiasaan merokoknya yang kayak sepur itu (alias nggak berhenti-berhenti merokok). Satu hari disaat kami rapat besar (maksudnya dihadiri oleh semua partisipan dari Indonesia), beliau lagi ngobrol dengan teman2nya dan tiba2 beliau batuk2. Suara batuknya menunjukkan kalau efek rokok sudah merusak parunya dan menyebabkan banyak lendir di kerongkongannya. Saya bawakan beliau air putih dan tanpa mengindahkan orang2 disekitarnya, saya sodorkan air itu “Minum dulu Bang As, supaya nggak gatel tenggorokannya dan setelah ini, Bang As harus berhenti merokok ya, karena lihat itu batuk Bang As, sudah nggak sehat lagi batuknya, ini bukan batuk biasa … abang nggak pengen sakit lebih parah lagi khan?”.

Ditegur seperti itu di depan teman-temannya tidak membuat beliau terhina harga dirinya atau dijatuhkan kehormatannya sebagai boss. Beliau malah menjawab “Iya De … Iya”.  Dan semua teman-temannya melongo, karena mungkin mereka berpikir Bang As akan marah karena “digurui” oleh anak bawang ini. Ternyata mereka keliru, bukannya marah, Almarhum malah pasrah dan nurut malah.  

Dan benar saja bacaan saya, Bang As akhirnya harus menyerah kalah oleh kanker paru yang menggerogoti parunya. Efek racun rokok membuat Bang As yang perkasa dan bernyali baja itu kehilangan kekuatannya secara perlahan namun pasti. Saya sempat menjenguk beliau disaat beliau sakit dan seperti biasa, nggak enak rasanya kalo nggak “ngajarin” Alm. Bang As. Sebagai orang yang pernah menangani pasien kanker, saya kasih tips2 ke Bang As bagaimana menyikapi penyakit ini. Dan seperti biasanya, Almarhum nggak pernah membantah kalau saya sedang “nasehati”. Beliau akan manut dan selalu bilang “Iya De”. Senangnya punya boss yang pasrah kayak gini sama anak buah … hehehehe

Ada banyak kenangan indah saya bersama Bang As … kenangan yang memberikan makna pembelajaran dalam hidup. Beliau mengajarkan kepada saya bagaimana menjadi pemimpin dengan caranya dan tindakan langsung, bukan dengan teori … Kepercayaan yang diberikan kepada saya secara tidak langsung membentuk rasa percaya diri saya bahwa saya mampu dan saya bisa melakukan pekerjaan dan tanggung jawab itu. Beliau tidak pernah mengatur apalagi menjelaskan dengan detail saya harus begini dan begitu. Beliau mempercayakan sepenuhnya kepada saya untuk membuat dan mengambil keputusan yang menurut saya benar dan tepat. Beliau hanya bertanya tindakan dan keputusan yang saya ambil seperti apa, dan bila itu dianggap tidak melenceng, maka beliau tidak akan merubah. Beliau memberikan saya kebebasan untuk bertindak dan membuat keputusan. Satu sikap yang patut ditiru ….

28 Oktober, sepuluh tahun lalu, disalah satu rumah sakit di China, Bang As menghembuskan nafas terakhirnya. Kanker paru menggerogoti tubuhnya yang tinggi tegap itu. Ketika penghormatan terakhir di kantor Komnas HAM, saya datang untuk melepas beliau kembali ke haribaan Sang Pencipta. Senyum berukir di wajah beliau … wajahnya menunjukkan kedamaian dan semoga beliau kembali kepada Sang Pencipta dengan damai.

Beberapa hari setelah kepergiannya ke alam keabadian, saya bermimpi Bang As datang ke kantor dan seperti biasa, senyum khasnya selalu terpampang di wajahnya … Beliau tersenyum kepada saya dan refleks saya sapa “Abang koq disini, abang baik2 saja kah?”. Beliau tidak menjawab, hanya tersenyum sumringah … senyum yang selalu menghiasi wajahnya … senyum khas seorang Asmara Nababan ….

Selamat jalan Bang As … terima kasih untuk semua ilmu dan kepercayaan yang Bang As berikan pada saya selama kita bekerja bersama ….  semua itu sangat berarti buat saya dan menjadi bekal saya … Semoga Abang damai disisi Tuhan dan ditempatkan di tempat terbaik disisiNya …. Amiennn ….

Penulis: Siti Dorojatul Aliah (Dette), mantan staf INFID

26/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Prayer

Doa dan kasihku untuk Bang Asmara Nababan

by hambali 26/10/2020
written by hambali

Bang As berobat ke Rumah sakit Fuda Guang Zhou awal Oktober 2010. Sehari sebelum keberangkatannya, aku menangis, meminta ia berjanji untuk kembali ke Jakarta.

Bang As didiagnosa menderita kanker paru – paru di akhir tahun 2009. Beliau menjalani operasi di RS Dharmais Desember tahun 2009. Ketika Bang As ke Singapura  untuk Medical Check Up awal Oktober 2010, ditemukan kankernya telah menyebar ke hati dan otak. Ia kembali ke Jakarta dan segera dirawat di RS Gading Pluit hingga menjelang keberangkatannya berobat ke Guang Zhou. Pertimbangan ke Guang Zhou, rumah sakitnya memiliki terapi yang dapat ampuh menyembuhkan kanker stadium akhir. Sayangnya sesampai di Guang Zhou, ditemukan bahwa paru paru Bang As infeksi dan tergenang air lagi. Jadi tidak ada tindakan yang dapat diambil untuk menangani kankernya.  

Selama perawatan spirit Bang As tetap tinggi, beliau semangat dan mampu berkomunikasi dengan baik. Namun pada tanggal 22 Oktober 2010, kondisinya turun. Bang Asmara menjalani operasi tanggal 25 Oktober 2010 untuk membuka jalur pernapasannya. Paska operasi kondisi Bang As makin menurun. Dokter hanya memberikan keterangan bahwa harapannya sangat kecil. Pada tanggal 28 Oktober 2020 ia menghembuskan nafas terakhir.

Kini, senyum Bang As menjadi doaku setiap hari. Berharap beliau, yang telah aku anggap bapakku diberikan pemulihan dan ampunan. Aku dengan caraku akan membantumu bapak, karena aku sayang sama bapak.

Penulis: Inggrid Silitonga (Mantan Direktur Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (Demos)), disarikan dari tulisan di blog Tunjuk Satu Bintangku

26/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Video

HAM & Demokrasi – Asmara Nababan

by hambali 24/10/2020
written by hambali
24/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Video

Asmara Nababan Penutupan Kursus HAM Pengacara ELSAM 2008

by hambali 24/10/2020
written by hambali
24/10/2020 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Newer Posts
Older Posts

Search

Recent Posts

  • Gerakan Demokrasi dan HAM dalam Perspektif Oekumenis: Presentasi Pendeta Gomar Gultom di Malam Refleksi Gerakan Demokrasi dan HAM di Indonesia 2045
  • Kata Sambutan Antonio Pradjasto di Malam Refleksi Gerakan Demokrasi dan HAM di Indonesia 2045
  • Asmara Berdemokrasi dan HAM (Cakrawala – 13 Desember 2020)
  • Bang As Tak Pernah Meninggalkan Orang: Presentasi Sarah Lery Mboeik di Malam Refleksi Gerakan Demokrasi dan HAM di Indonesia 2045
  • Peringatan 10 Tahun Kepergian Asmara Nababan: Presentasi Henri Saragih di Malam Refleksi Gerakan Demokrasi dan HAM di Indonesia 2045

Recent Comments

    Copyright 2020


    Back To Top
    Asmara Nababan
    • Home
    • Tentang Asmara Nababan
      • Awal Kehidupan
      • Pendidikan
      • Riwayat Pekerjaan
      • Kegiatan Lainnya
    • Warisan Pemikiran
      • Meniti Ombak Mewujudkan Kemanusiaan
      • Oase Bagi Setiap Kegelisahan
      • HAM dan Pembangunan
      • Demokrasi dan Tata Negara
      • Pendidikan dan Seni
    • Living Legacy
      • Arsip Video
      • Arsip Foto
      • Doa untuk Bang As & Bangsa
      • Kenangan & Buah Pemikiran Tentang Bang As
      • Kirim Tulisan
    • Info Kegiatan
    • Bahasa Indonesia ID
    • English EN