Pendidikan di Tapanuli Utara
Halo, apa kabar Anda.di bulan Maret 2000? Semogakita tetap bersemangat mengisiharihari kehidupan dengan berbagai pikiran dan perbuatan yang bermanfaat. Bermanfaat bagi | diri sendiri dan juga untuk orang lain. “Semangatuntuk menolongoranglain”, itulah yang ditunjukkan oleh St KM Sinaga, yang juga komisaris Majalah Bona Ni Pinasa. Lelaki 77 tahun itu selalu menjaga semangat hidup untuk menolong sesama. Untuk menolong orang lain, pendiri Asuransi Bumi Asih Jiwa ini membuka Yayasan Bina Mandiri Wirawan (BMW). Yayasan yang berlokasi di desa Mompang, Kecamatan Aek Nauli, Sibolga didirikan untuk memajukan pendidikan bagi tamatan SLTA. Yayasan BMW menyediakan fasilitas asrama, perpustakaan, laboratorium dan komputer bagi para muridnya secara cuma-cuma. Anda berminat untuk berpartisipasi? Silakan baca artikel Yayasan BMW, Satu lagi upaya mencerdaskan anak Indonesia. Dalam edisi ini, kami secara khusus menyoroti Pendidikan di Tapanuli Utara. Bahwa Tapanuli
Utara saat ini sedang kekurangan guru yang bermutu. Dan bukan mustahil, sekarang ini sudah dan sedang terjadi pembodohan di kampung halaman kita. Laporan lengkap mengenai pendidikan di Tapanuli Utara dapat Anda simak dalam Rubrik Pendidikan. Dan masih rangka “semangat menolong orang lain”, kami tampilkan Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan. Mengapa pengalaman melihat mayat tak dikenal ternyata membuat Asmara bersemangat memperjuangkan hak-hak rakyat kecil? Artikel lain yang dapat Anda baca adalah opini bahwa Tapanuli sudah layak menjadi propinsi. Isu lama yang belakangan ini kembali menghangat, sejalan dengan dikeluarkannya UU no 22 tahun 1999 mengenai otonomi daerah. Dan di rubrik budaya, Anda kami ajak -untuk mempelajari cara menulis undangan Batak sesuai pakemBahasaBatak. Semogaartikel kami dapat menggugah Andauntuk lebih “bersemangat menolong orang lain”. Sampai bertemu di bulan April. Salam hangat bagi Anda dan orang-orang yang dekat di hati Anda. B
Pengabdian Seorang Asmara Nababan
Teror dan ancaman tidak pernah hilang dari perjalanan hidupnya, tetapi keteguhan hati membuatnya bertahan. Hanya satu yang diinginkannya, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama.
AWALNYA tertarik terjun ke dalam misi kemanusian ketika sang ibu EID boru Lumban Tobing, yang aktifis kemanusiaan, mengajaknya mengurus mayatyang tidak dikenal di rumah sakit di Medan. Yang ada di dalam pemikiran Asmara “kecil masa itu adalah, mayai tersebut pasti punya keluarga di kampung, padahal mungkin keluarganya mengira ia sudah berhasil di perantauan. Kasihan sekali kalau sampai keluarganya tidak tahu kalau orang yang mereka tunggu-tunggu kehadirannya sudah meninggal. Karenaitulah bungsu dari sepuluh bersaudara anak Guru GL Nababan menjadi tergugah, harus ada orang-orang yang peduli terhadap sesamanya. Pengalaman melihat mayat tak dikenal membekas dalam ingatan putra kelahiran Siborong-borong 2 September 1946. Selepas SMA tahun 1964 dari P Siantar, Asmara yang bercita-cita menjadi dokter harus melanjutkan sekolahnya ke Fakultas Sastra UKI Jakarta, karena
ia terlambat mendaftar ke fakultas Kedokteran UI.
Gagal Menjadi Dokter
menyimpan keinginan menjadi dokter. Ditahun 1965 ia meninggalkan fakultas Sastra UKI dan masuk Fakultas Kedokteran UI. Apa mau dikata,citacita tersebut macet seiring dengan terjadinya perubahan besar di tanah air, yakni G 30 S/PKI. Tentu sebagai seorang mahasiswa dan anggota Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia (GMKI) cabang Jakarta, ia bersama teman-temannya melakukan perlawanan dan demontrasi. Ketika itu . demo dilakukan hampir setiap hari, padahal sebagai mahasiswa kedokteran, ia tidak boleh bolos. Namun “panggilan’ sebagai aktifis mahasiswa lebih kuat sehingga Asmara rela meninggalkan bangku kuliah. Kejadian tersebut berlangsung hingga berakhirnya orde lama diganti orde baru tahun 1966. Tahun 1967, suami Magdalena Sitorus akhirnya memilih kuliah ke Fakultas Hukum UI dan lulus tahun 1975.
Penggagas Golput
Semasa mahasiswa kenang Asmara, ia banyak mengalami kejadian saat bangsa Indonesia benar-benar terpuruk secara multidimensional. Saat itu, sangat besar harapan mahasiswa bahwa zamanotoriter yang digerakkan oleh Soekarno dapat berlalu sehingga bisa tercipta sistem yang demokrat dan adil. Dan era itu memang runtuh.
Namun gejala-gejala otoriter muncul kembali awal tahun 70-an, ketika itu kelompok yang tidak masuk birokrasi atau Golkar berada di luar dengan melancarkan protes-protes, seperti Komite Anti Korupsi. Dapat dibayangkan baru tiga tahun merdeka korupsi sudah merajalela di pemerintahan, terutama di Pertamina. Kemudian muncul konsep pendirian Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang menimbulkan hujan protes. Bagaimana tidak diprotes, saat itu kondisi ekonomi masih sulit, banyak anak tidak sekolah dan masalah kesehatan yang memprihatinkan. Namun mengapa proyek mercu suar tersebut yang didahulukan dan uangnya dari mana, sementara dari anggaran negara tidak ada. Nyatanya waktu itu TMII tetap dibangun. Begitu juga ketika pemerintah melaksakan Pemilu yang pertama, aktifis LSM ini bersama teman-temannya kemudian
membentuk Golput (golongan putih). “Yang dilaksakan oleh pemerintah pada waktu itu adalah pemilu-pemiluan, karena semuanya sudah diatur oleh pemerintah,” ujar Pemimpin Umum majalah Kawanku ini.
Kembali Hidup di Kampung
Setelah 19 tahun malang melintang untuk menyalurkan aspirasinya yang “anti pemerintah Soeharto”, nasib menuntun Asmara kembali ke kampung. Sebagai anak bungsu,ia terbeban untuk menemani sang ibu yang hidup menjanda sendirian dan menderita kelumpuhan. Asmara memboyongistri dan anak-anaknya untuk hidup di Siborong-borong, kota kecil yang terkenal akan kue ombus-ombusnya. Selama di kampung bukan berarti aktifitasnya berhenti. Adik kandung mantan Ephorus SAE Nababan juga menjadi direktur
Yakoma (Yayasan komunikasi masyarakat) dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) yang berkantordi Jakarta. Namun Asmara mengakui, pengalaman hidup di kampung, membuatnya banyak belajar kepadarakyat dan : mempelajari kehidupan masyarakat Tapanuli, baik itu kesulitan hidup, ekonomi maupunpolitiknya. Rupanya banyak kenyataan dan kesulitan hidup yang dihadapioleh masyarakat di kampung. Bersamateman-temanyadari kalangan Pendeta, mereka membentuk suatu KelompokStudi bagi Penyadaran Hukum (KSPH) dan tahun 1985 berubah menjadi prakarsa masyarakat atau KSPPM (Kelompok Studi. bagi Penyadaran dan Prakarsa Masyarakat)
Dituduh PKI
Menurut Asmara ada beberapa penyebab dibentukya KSPPM tersebut. Misalnya, mereka melihat
lemahnya perangkat hukum sehubungan dengan adanya proyek Inalum (proyeklistrik). Ketika itu banyak rakyat yang ganti tanahnya tidak beres, sawah yang ke tutup pasir. Ironisnya kalau mereka protes dituduh PKI dan ditangkapi. Di tengahsituasi tersebut KSPPM tergerak untuk menyadarkan masyarakat bahwa hak-hak yang mereka bawasejak lahir harus diperjuangkan, dan tidak takut untuk menuntuthaknya. Begitu juga dengan kasus Indorayon, — KSPPM mengorganisir rakyat untuk melawan Indorayon. Dan sungguh sayang organisasi yang dirintisnya itu ditutup oleh Korem dengan tuduhan melawan pemerintah. “Waktu itu Korem memanggil saya untuk memberikan penjelasan, dan saya katakan bahwa PT Inti Indorayon Utama tidak memperhatikan masalah
ganti rugi tanah kepada rakyat, dan juga penanaman ekaliptus itu merusak lingkungan, dimana tanaman tersebut banyak menyerap air sehingga rumput tidak tumbuh disekitarnya. “Terutama juga karena pencemarannya,baikitu air dan udara. Waktu itu kita serahkan datadatanya. Tapi nyatanya pemerintah (Korem) tidak mau tahu dan KSPPM tetap dibekukan,” ungkap pengemar baca buku ini.
Batak kehilangan prakarsa
Lebih lanjut Asmara melihat bahwa, selama zaman orde baru masyarakat Batak telah kehilangan prakarsa, padahal tanpa prakarsa pembangunantidak mungkin berhasil. “Saya selalu mengatakan bahwa ‘namora do hamu dan namalo dohamu (kaya dan pintar), nenek
moyang kita sampai bisa membangun tali air seratus tahun yang lalu, padahal tidak sekolah. Mengapa kita harus menunggu pemerintah memberikan bantuan, Mengapa bukan kita yang membangundiri kita sendiri dan tidak tergantung kepada pemberian pemerintah,” jelas Asmara. Patut diakui, bahwa selama ini (zaman orde baru hingga sekarang) masyarakatBatakselalu tergantung dari pemerintah. Ada sesuatu yang hilang dalam diri orang Batak, yaitu kemandirian, merasa tidak mampu dan bersikap pesimis. Kalau mencari siapa yang patut disalahkan, jelas model pembangunan yang dilakukan oleh rezim Soeharto, yang membuat masyarakat selalu tergantung dan selalu menunggu kebijaksanaan pemerintah, yang tentunya akan memudahkan pemerintah menyetir masyarakat untuk kepentingan politiknya (seseorang).
Membangun Tapanuli
Asmara menilai, untuk membangun Tapanuli tidak perlu konsep atau metode dari sekelompokatau seorang pintar, terutama mereka yang mengakatakan kaum perantau. “Yang penting adalah menimbulkan kembali rasa percayadiri dan prakarsa masyarakat untuk membangundirinya sendiri supaya jangan tergantung kepada seseorang ataupun pemerintah, kalau hanya mendengar konsep atau model dari orang yang katanya pintar
itu sama saja dengan model pembangunan. yang diterapkan oleh rezim orde baru.” Setelah dua tahun menjalani hidup di kampung halaman, Asmara bersama keluarga akhirnya kembali lagi ke Jakarta dan seterusnya aktif di berbagai LSM. Salah satunya mendirikan LembagaStudy dan Advokasi Masyarakat (Elsam) bersamaAbdul Hakim Garuda Nusantara.
Komnas HAM
Kemudian tahun 1993 pemerintah bersama wakil rakyat membentuk Komnas HAM, Asmara masuksebagai anggota. Kenyang akan pengalaman hidup sebagai aktifis kemanusiaan, dengan bumbu-bumbu intimidasi, teror dan ancaman pembunuhan
terhadap keluarganya terutamaketika Soeharto masih berkuasa tidak membuatnya berhenti, malah menjadikannya matang dan lihai dalam memperjuangkan hakhak azasi manusia. Faktor inilah yang menjadikannya dipercaya menduduki jabatan sebagai orang kedua di Komnas HAM yakni sebagai Sekretaris Jenderal. Dan kabarnya,nasib para pelanggar hak azasi manusia ada dalam genggamannya, termasuksang Jenderal Wiranto. B